Senin, 19 Desember 2011

makna natal

Berkenaan dengan masa-masa Adven ini, ada baiknya kita mempersiapkan hati dan pikiran kita untuk menghayati kembali makna Natal yang sejati itu. Kali ini SABDA Space mengundang Pak John Adisubrata sebagai penulis tamu. Selamat menyimak.
***
Ketika Yesus dilahirkan di kota Betlehem lebih dari dua ribu tahun yang lalu, peristiwa itu hanya disaksikan oleh orang-orang awam saja. Kelahiran Raja di atas segala raja yang sudah dinubuatkan beribu-ribu tahun sebelumnya, bahkan difirmankan oleh TUHAN sendiri (Kejadian 3:15), tidak digenapi dengan penuh kemegahan di hadapan raja-raja atau para bangsawan lainnya. Sebaliknya, Ia lahir dibungkus dengan lampin dan dibaringkan di dalam sebuah palungan karena pada saat itu tidak ada kamar yang kosong di rumah-rumah penginapan untuk ibu-Nya, Maria, serta Yusuf, suaminya (Lukas 2:7).
Kisah kelahiran-Nya yang tampak tak berarti dan sederhana itu terbukti bertahan mengarungi waktu, ... selalu relevan bagi kehidupan umat manusia sepanjang masa. Setiap tahun, berbagai generasi di seluruh dunia mendengar, mengenang, dan memperingati kejadian bersejarah tersebut, yang tetap berkuasa untuk mengubah hidup.
Selain mengirim ketiga orang majus, Tuhan hanya memakai orang-orang biasa saja sebagai saksi-saksi kelahiran Anak-Nya yang tunggal. Alkitab mengatakan bahwa gembala-gembala yang sedang menjaga kawanan ternak mereka di padang dipilih oleh-Nya untuk menjadi saksi-saksi pertama kelahiran Kristus. Bukan para ahli Taurat, orang-orang Farisi atau orang-orang terpelajar lainnya! Malam hari itu mereka melihat dan mendengar pujian yang dinyanyikan oleh sejumlah besar bala tentara sorga: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya" (Lukas 2:14).
Padahal pada abad yang pertama, status para penggembala domba di Israel tergolong amat rendah. Kesaksian-kesaksian mereka tidak bisa diterima oleh orang-orang Yahudi dalam sistem pengadilan mereka. Kendatipun demikian, Tuhan menjadikan mereka saksi-saksi yang sah untuk memberitakan kedatangan-Nya di dunia. Injil Lukas mencatat: "Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka" (Lukas 2:18).
Sampai saat ini Tuhan masih tetap memilih orang-orang biasa sebagai saksi-saksi-Nya untuk memberitakan kabar gembira mengenai kelahiran Sang Raja Damai lebih dari dua ribu tahun yang lalu. Kita tidak perlu bertanya-tanya: "Apakah Tuhan mau memakai saya yang tidak memunyai kepandaian apa-apa?"
Jika Allah Bapa di surga bersedia memakai para gembala di padang, yang dipandang rendah oleh masyarakat Yahudi pada zaman itu untuk menjadi saksi-saksi-Nya yang mutlak, tentu Ia juga berkenan menggunakan umat "sederhana" seperti kita. Yang dituntut hanya sikap hati yang taat, yang mau menceriterakan peristiwa itu kepada orang lain seperti apa adanya, seperti yang sudah tercatat di dalam firman Tuhan. Tanpa menambahkan embel-embel lain yang sudah dilumrahkan oleh umum, yang tampaknya sudah berhasil membajak kebenaran isi Alkitab mengenai hari bersejarah tersebut.
Yesuslah inti perayaan hari Natal yang diadakan setiap tahun di seluruh dunia. Dialah penyebab hari itu dirayakan sebagai suatu peringatan akan kedatangan Allah yang bersedia merendahkan diri-Nya sendiri, menjelma menjadi seorang manusia, agar kita, anak-anak manusia, bisa disebut sebagai anak-anak Allah (Galatia 3:26).
SABDA Space adalah sebuah arena optimal yang disediakan oleh Tuhan untuk kita sebagai salah satu instrumen terbaik yang bisa menjangkau daerah-daerah yang tidak mungkin kita kunjungi secara pribadi. Melalui media ini kita bisa memproklamirkan tanpa kompromi kebenaran kisah kelahiran Sang Juru Selamat kepada dunia. Marilah kita saling bergandeng tangan, bahu-membahu, menggunakan setiap kesempatan indah yang disediakan oleh arena ini, untuk menjadi saksi-saksi-Nya yang mau membagikan kebenaran kisah Natal seperti apa adanya, ... seperti yang sudah dilakukan oleh para gembala pada saat kelahiran-Nya.
Agar ... dunia mengerti kebenaran ayat ini: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16).

Minggu, 18 Desember 2011

4 Rahasia mengalahkan musuh Raksasa yang menghadang

“Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: “Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu.” 1 Samuel 17:45
Goliat merupakan seorang pendekar dari tentara Filistin dan memiliki postur tubuh yang tinggi besar bagaikan seorang raksasa. Dengan perlengkapan senjata yang lengkap, dia menantang bangsa Israel apakah ada yang berani untuk maju berperang dengan dia satu lawan satu. Seluruh bangsa Israel yang pada waktu itu dipimpin oleh Saul menjadi takut kepada Goliat. Tidak ada satupun orang yang berani maju melawan Goliat.
*courtesy of PelitaHidup.com
Lain halnya dengan Daud, pada waktu itu ia masih muda, kemerah-merahan dan elok parasnya. Daud melihat kejadian itu dan mendengar suara Goliat yang menantang bangsanya.
Daud tidak takut dan justru memutuskan untuk maju melawan Goliat. Tentunya hal ini mengejutkan semua orang yang mendengarnya. Dengan penuh keyakinan Daud maju berperang melawan Goliat.
Apakah yang menjadi rahasia Daud untuk mengalahkan musuh raksasa yang menghadang?

1. Tidak Tawar Hati

Berkatalah Daud kepada Saul: “Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu.” ” 1 Samuel 17:32
*courtesy of PelitaHidup.com
Seluruh bangsa Israel langsung merasakan ketakutan dan menjadi tawar hati karena mereka merasa tidak mungkin dapat mengalahkan Goliat. Tidak ada yang berani maju melawannya karena Goliat mempunyai postur tubuh yang sangat besar dan sudah sangat berpengalaman dalam berperang.
Di atas kertas, kekuatan Goliat jauh di atas kekuatan rata-rata prajurit yang ada di bangsa Israel. Dan sudah dapat dipastikan siapapun yang melawan Goliat, pasti akan langsung dihabisi olehnya. Itulah sebabnya bangsa Israel menjadi tawar hati, karena merasa tidak mungkin dapat mengalahkan musuh mereka.
*courtesy of PelitaHidup.com
Berbeda dengan Daud yang tidak gentar sedikitpun walau melihat dan mendengar perkataan Goliat. Daud bahkan memberikan semangat kepada bangsa Israel untuk tidak menjadi tawar hati dalam menghadapi Goliat.
Sebesar apapun masalah yang sedang kita hadapi, kita tidak boleh menjadi tawar hati. Kita harus belajar menjadi kuat dan tegar dalam menghadapi persoalan apapun. Bahkan seperti Daud, kita tidak hanya menjadi kuat, tetapi juga memberi kekuatan bagi orang lain.
*courtesy of PelitaHidup.com
.

2. Pengalaman Hidup

Tetapi Daud berkata kepada Saul: “Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya,
maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya.
Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup.”
*courtesy of PelitaHidup.com
Pula kata Daud: “TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu.” Kata Saul kepada Daud: “Pergilah! TUHAN menyertai engkau.” ” 1 Samuel 17: 34-37
Daud mempunyai pengalaman tersendiri dalam menggembalakan domba. Begitu banyak binatang buas yang ingin menerkam domba-dombanya. Tetapi Daud sanggup melawan dan mengalahkan binatang-binatang buas tersebut.
Mungkin orang-orang menganggap hal itu biasa dan tidak dapat dibandingkan dengan melawan Goliat. Tetapi pengalaman yang dimiliki Daud menjadi bekal bagi Dia untuk menghadapi masalah-masalah baru yang bahkan jauh lebih besar.
Dan Daud sangat yakin bahwa Tuhan yang telah menolong dia di masa-masa yang telah lewat, maka Tuhan juga yang akan menolong dia di masa-masa yang akan datang.
Bukankah kita juga telah melalui berbagai macam pencobaan, masalah, persoalan, penyakit dan lain sebagainya? Bukankah Tuhan telah menolong kita sehingga kita dapat melalui semuanya itu dengan tidak kurang suatu apapun?
Jika Tuhan telah dan pernah menolong kita di masa-masa yang telah lewat, apakah Tuhan tidak akan menolong kita di masalah yang saat ini kita hadapi? Apakah Tuhan tidak akan menjaga hidup kita?
Tuhan pasti tetap akan menolong kita. Dia pasti tidak akan meninggalkan kita. Pengalaman-pengalaman yang telah kita lalui dapat membuat kita semakin yakin bahwa Tuhan tidak akan melupakan kita. Dia sendiri yang akan turun tangan mencurahkan kuasaNya dan menolong kita dalam masalah yang sedang kita hadapi.
Kita harus yakin bahwa Tuhan yang telah menolong kita di masa-masa yang telah lewat, Tuhan juga yang akan menolong kita pada saat ini maupun di masa depan.
.

3. Bersandar Pada Allah

Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: “Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu.
Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu; hari ini juga aku akan memberikan mayatmu dan mayat tentara orang Filistin kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang liar, supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai Allah,
dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan Tuhanlah pertempuran dan Iapun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami.” ” 1 Samuel 17:45-47
Ada dua pola pikir yang berbeda yang dapat kita lihat pada saat pertempuran Daud melawan Goliat. Di satu sisi Goliat sangat mengandalkan kekuatan dan kemampuannya secara fisik untuk berperang dan sangat yakin bahwa siapapun lawannya, dia pasti akan menang.
Di sisi lain Daud melihat bahwa kekuatan, kemampuan dan peralatan tempur bukanlah segalanya, tetapi kuasa Tuhanlah yang memegang peranan penting dalam pertempuran yang dihadapinya.
Daud benar-benar mengandalkan Tuhan dalam pertempurannya. Daud benar-benar berharap kepada kuasa Tuhan untuk bekerja di dalam dirinya. Daud bersandar kepada kekuatan Tuhan dalam pertempurannya.
Dalam menghadapi persoalan atau masalah, ada kalanya Tuhan menuntut kita untuk bersandar sepenuhnya kepada Dia. Kepintaran atau kepandaian memang membantu kita dalam mengambil keputusan. Tetapi ada saatnya kita harus meletakkan kekuatan kita dan benar-benar bersandar kepada kuasa Tuhan.
Dengan bersandar sepenuhnya kepada Tuhan, maka Tuhan yang akan bertempur bagi kita. Dia yang akan berperang bagi kita dan memberi kita kemenangan demi kemenangan.
.

4. Melangkah Dengan Iman

Lalu Daud memasukkan tangannya dalam kantungnya, diambilnyalah sebuah batu dari dalamnya, diumbannya, maka kenalah dahi orang Filistin itu, sehingga batu itu terbenam ke dalam dahinya, dan terjerumuslah ia dengan mukanya ke tanah.

Demikianlah Daud mengalahkan orang Filistin itu dengan umban dan batu; ia mengalahkan orang Filistin itu dan membunuhnya, tanpa pedang di tangan.” 1 Samuel 17:49-50
Daud tidak menggunakan metode yang canggih dan hebat dalam menghadapi Goliat. Daud tidak menggunakan senjata, perisai ataupun tombak. Daud hanya menggunakan batu dan diumbankan ke arah Goliat.
Tetapi mujizat justru terjadi saat Daud melakukan hal “kecil” tersebut. Batu yang diumbannya mengenai dahi Goliat hingga terbenam ke dalam kepalanya. Goliatpun terjatuh dan kalah di tangan Daud.
Untuk dapat menang dalam masalah yang sedang kita hadapi, kita hanya perlu berani untuk melakukan langkah yang sederhana. Kita tidak perlu terlalu kuatir dan memikirkan banyak hal yang terlalu rumit. Hanya perlu keberanian saja untuk dapat melangkah.
Jangan tunda-tunda apa yang dapat kita lakukan. Jangan kuatir dan takut untuk melakukan keputusan. Jangan ragu untuk melangkah maju. Satu langkah sederhana dapat membawa kita kepada kemenangan. Haleluya!
.
Sebab siapakah Allah selain dari TUHAN, dan siapakah gunung batu kecuali Allah kita?
Allah, Dialah yang mengikat pinggangku dengan keperkasaan dan membuat jalanku rata;
yang membuat kakiku seperti kaki rusa dan membuat aku berdiri di bukit;
yang mengajar tanganku berperang, sehingga lenganku dapat melenturkan busur tembaga.” Mazmur 18:32-35

Sabtu, 17 Desember 2011

bri kekuatan

tuhan sbntr lg kmi akn mengadakan natal.........kbetuln anak mu nhe sbgai ktua natal,,brikan Anak mu nhe kekuatan...